Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang begitu
pesat, maka berkembang pula ilmu pendidikan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan tersebut. Tidak mudah mentransformasikan materi yang begitu padat
dan sulit menjadi dengan mudah diterima oleh para siswa. Untuk itu diperlukan
media pembantu agar siswa dengan mudah menyerap materi yang diberikan oleh
guru.
Masalahnya adalah sekarang bagaimana agar dalam proses
transformasi sikap dan nilai tersebut dapat berjalan dengan lancar, mudah
diterima oleh siswa dan dapat menyatu raga dengan pribadi siswa. Dalam beberapa
wacana disebutkan bahwa agar proses belajar mengajar berlangsung baik dan dapat
dengan mudah diterima oleh siswa, siswa harus dibawa pada situasi yang konkrit,
agar siswa dapat mengamati sendiri, menanggapi sendiri dan memiliki pengalaman
sendiri yang bersifat nyata.
Dalam proses belajar mengajar untuk dapat membawa siswa dalam
situasi yang konkrit, diperlukan suatu alat bantu pembelajaran yang tepat,
yaitu dengan menggunakan media pembelajaran. Dalam hal ini media pembelajaran
bisa berupa buku-buku pustaka, benda tiruan, benda-benda peninggalan, peta,
gambar, foto, OHP, alat dan sarana apa saja yang dapat membantu guru dan siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Prinsipnya media pembelajaran akan sangat
berguna bagi siswa, sebab ia akan memiliki pengalaman langsung, memiliki
tanggapan yang kuat dan dengan demikian sesuatu yang mereka pelajari akan mudah
diterima dan mudah dipahami. Situasi yang demikian tentu potensial untuk
meningkatkan prestasi belajarnya. Inilah yang mendorong penulis untuk menyusun
karya ini, apa benar media pembelajaran mempunyai kontribusi yang positif
terhadap prestasi belajar siswa.
Media Pendidikan (pengajaran) merupakan alat yang digunakan
guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang
disampaikan kepada siswa, dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme, tentu akan membosankan,
sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira dalam belajar atau
senang karena merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya. Dengan
demikian kegiatan belajar akan lebih efektif.
Belajar yang efektif harus dimulai dari pengalaman langsung
atau pengalaman kongkrit dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak.
Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga dalam pengajaran
dari pada tanpa dibantu dengan alat pengajaran. Agar proses belajar mengajar
dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua
alat inderanya. Guru berusaha untuk menampilkan rangsangan (stimulus), yang dapat diproses dengan
berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan
mengolah informasi, maka semakin besar kemungkinan informasi tersebut
dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan.
Hamalik (1986) mengatakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam
proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa.
Dengan demikian, siswa diharapkan akan dapat menerima dan
menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan. Untuk
memanfaatkan semua alat indera indera dalam kegiatan belajar mengajar
diperlukan rangsangan (stimulus).
Sedangkan rangsangan tersebut dapat direaliasasikan dengan penggunaan peraga
dalam pendidikan. Peraga dalam pengajaran bisa disebut dengan media pengajaran.
Hal ini ditegaskan oleh Arsyad
(2003), yang mengatakan bahwa, kegiatan belajar mengajar pemakaian kata media
pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan
pengajaran, komunikasi pandang dengar, pendidikan alat peraga pandang,
teknologi pendidikan, alat peraga, dan media penjelas. Perkembangan Ilmu
pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam
pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Guru dituntut agar
menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, tidak menutup kemungkinan
bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru
harus dapat menggunakan alat yang murah dan efisien meskipun sederhana dan
bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran
yang diharapkan (Arsyad, 2003).
Untuk itu dalam menggunakan media pengajaran guru harus
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pengajaran, seperti
apa yang disampaikan oleh Hamalik
(1994), bahwa dalam mengunakan media pengajaran guru harus memahami tentang:
(1) media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar, (2) fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, (3) seluk
beluk proses belajar, (4) hubungan antara Model Pembelajaran dengan media
pendidikan, (5) nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran, (6)
pemilihan dan penggunaan media pendidikan, (7) berbagai jenis alat dan teknik
media pendidikan, (8) media pendidikan dalam setiap mata pelajaran, dan (9)
usaha inovasi dalam pendidikan.
Fenomena-fenomena tersebut di atas, mendorong peneliti untuk
melakukan suatu penelitian tindakan (action
research) dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media
pengajaran pada siswa Kelas IX SMP. Beberapa alasan pentingnya media pengajaran
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dalam penelitian tindakan ini,
adalah: (1) dengan media pengajaran siswa belajar akan lebih kongkrit dan tidak
verbalisme, (2) siswa lebih memiliki
motivasi dalam belajar, sebab dengan media pengajaran, kegiatan belajar akan
lebih menarik, (3) kegiatan belajar lebih bervariatif, (4) siswa dapat
melakukan kegiatan belajar sendiri dengan media pengajaran yang dihadapi, dan
(5) dengan media pengajaran kegiatan belajar siswa akan lebih membawa pemikiran
siswa kepada kehidupan sehari-hari.
Dengan penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti
tersebut, maka muncul beberapa permasalahan dalam kegiatan penelitian ini.
Mengapa media pengajaran sangat penting digunakan dalam upaya meningkatkan
minat belajar siswa dalam rangkaian kegiatan belajar mengajar? Apakah dampak
penggunaan media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar? Hal ini perlu
dibuktikan dalam penelitian tindakan ini, khususnya pada upaya meningkatkan
minat belajar siswa Kelas IX-D SMP Negeri 2 Susut, Kabupaten Bangli.
0 komentar:
Post a Comment