SMP NEGERI 2 SUSUT

”Penerapan Metode Bimbingan Belajar Terhadap Siswa Kelas VI Yang Mengalami Kesulitan Belajar Bahasa Indonesia

Written By Bangli Era Baru on Thursday, October 17, 2019 | 11:16 AM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan inti dari kegiatan sekolah. Hampir dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru dihadapkan pada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dalam hal ini guru mempunyai kewajiban untuk membantu mengatasi dengan cara memberikan bimbingan yang sesuai dengan kesulitan yang dialami oleh siswa.
Bimbingan berupa bantuan belajar yang diberikan secara khusus sehingga siswa yang mengalami kesulitan dapat mencapai hasil yang optimal.
 Dalam pembelajaran dikelas, guru sangat sering menjumpai beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar, khususnya belajar bahasa. Pada umumnya kesulitan yang dialami siswa itu berkaitan dengan aspek penggunaan dan pemahaman bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, lisan maupun tertulis. Sebagaimana diketahui, bahwa bahasa menduduki peranan yang sangat penting dalam lingkungan komunikasi. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, karena dengan bahasa manusia dapat menyampaikan perasaan, keinginan, harapan, kepada semua manusia (Poerwadarminta, 1984). Dari kutipan tersebut kita dapat menyampaikan keinginan secara lisan maupun tertulis. Kalaupun kita memilih dialog secara tertulis, ditekankan pada si penulis harus mampu menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.
Dalam kehidupan sehari-hari, jenis kegiatan yang paling banyak dilaksanakan oleh umat manusia adalah berbicara, mendengar, membaca dan menulis. Bukankah bila anda diam (berpikir, merenung, mengingat-ingat) itu sebenarnya membaca juga? (Samsuri, 1971 : 3).
Pentingnya bahasa tidak dapat dibuktikan dengan banyaknya pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari, tetapi yang lebih luas lagi ialah bahasa menunjukkan bangsa. Didalam pelajaran Bahasa Indonesia kelas tinggi di SD, yaitu kelas 3 sampai kelas 6, suatu ketrampilan berbahasa yang selalu dilatihkan ialah membaca.
Untuk menunjang kemampuan siswa dalam mempelajari berbagai mata pelajaran, berkaitan erat adalah pelajaran membaca. Pelajaran membaca sebagai suatu ketrampilan sebagai alat dasar untuk mempelajari pelajaran lain seperti IPS, IPA dan Matematika. Dengan demikian pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya membaca dapat dianggap sebagai pintu gerbang untuk mengenal, memahami, dan mendalami pelajaran lain. Berarti pelajaran Bahasa Indonesia memiliki fungsi ganda sebagai bahasa pengantar dalam mengawali dan memperluas wawasan siswa dengan mata pelajaran lainnya, disamping memperdalam pelajaran Bahasa Indonesia itu sendiri.
Sesuai dengan kenyataan atau yang terjadi secara alamiah dalam kehidupan sehari-hari, ketrampilan membaca tidak dipisahkan mutlak dengan ketrampilan berbahasa yang lain, seperti berbicara, menyimak, dan menulis.
Sebagai contoh di dalam komunikasi dengan bahasa atau berhubungan sosial, menyimak atau mendengarkan pendapat orang lain atau menulis hal hal penting.
Kelas terakhir di sekolah dasar, yaitu kelas VI memiliki tujuan membaca sebagai berikut :
1.      Siswa mampu membaca teks bacaan serta dapat mengutarakan pendapat dan tanggapan isinya.
2.      Siswa mampu membaca sekilas suatu teks bacaan dan menemukan garis besar intinya.
3.      Siswa mampu memahami cerita, puisi, drama, dan dapat menceritakan kembali, memberikan kesan, dan tanggapan.
Tujuan membaca diatas sangat erat dengan pengembangan wawasan ilmu pengetahuan maupun mata pelajaran lain.
Karena hal-hal itulah, penulis memilih judul ”Penerapan Metode Bimbingan Belajar Terhadap Siswa Kelas VI Yang Mengalami Kesulitan Belajar Bahasa Indonesia ”. Menurut pengalaman penulis, siswa yang mendapat kesulitan membaca dan memahami isi bacaan akan sulit pula memahami pelajaran lainnya, terutama soal cerita dalam mata pelajaran Matematika. Perlu diketahui bahwa kesulitan belajar bukan merupakan bagian dari penilaian hasil belajar, melainkan merupakan bagian dari proses pembelajaran, Jadi hal ini dapat diatasi, diperbaiki, dan ditemukan pemecahannya.
1.2  Pembatasan Masalah
      Penelitian ini dibatasi pada siswa-siswa Kelas VI Di MI SABILUL HUDA Senden Kecamatan Peteronganh Kabupaten Jombang Tahun Pelajaran 2008/2009.
1.3  Perumusan Masalah
1.     Adakah perbedaan pretasi belajar siswa sehubungan dengan perbedaan bimbingan belajar yang diberikan guru.
2.     Sejauh mana hubungan antara bimbingan belajar dengan prestasi belajar siswa.
1.4  Tujuan dan Manfaat Listrik
  1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan tentang pengaruh bimbingan belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI.
  2. Sedangkan manfaat yang diharapkan adalah dapat digunakan sebagai pengetahuan dalam meningkatkan mutu pelajaran, khususnya dalam bimbingan belajar yang diberikan kepada siswa.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Kesulitan Belajar Bahasa
2.1.1      Hakikat Kesulitan Belajar Bahasa
Dalam proses pembelajaran di kelas, guru sering menjumpai seseorang atau beberapa orang siswa yang mengalami kesulitan belajar bahasa. Pada umumnya, kesulitan yang dialami siswa itu berkaitan dengan aspek penggunaan dan pemahaman Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, lisan atau tertulis.
Dalam buku The Process of Parenting, Brooks (1981) menyatakan bahwa kesulitan belajar itu sukar didefinisikan dengan tepat. Menurutnya, secara umum kesulitan belajar diartikan sebagai kekurangan dalam proses belajar yang mendasar, misalnya siswa kurang memperoleh motifasi belajar, baik dari dalam dirinya maupun dari guru, orang tua atau lingkungannya. Dipihak lain, Ahamdi dan Supriyono (1991) memaparkan bahwa kemampuan belajar pada setiap individu siswa tidak sama; ada yang cepat dan ada yang lambat menangkap isi pelajaran. Perbedaan individual itulah yang menyebabkan timbulnya perbedaan tingkah laku belajar di kalangan siswa. Dalam keadaan begini, dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, seperti itu yang disebut dengan kesulitan belajar.
Dalam kaitannya dengan belajar bahasa, dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar bahasa itu merupakan kondisi yang dihadapi siswa sehingga ia tidak dapat memanfaatkan kemampuan dirinya secara optimal untuk menguasai materi pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, guru seharusnya memandang kesulitan belajar bahasa itu sebagai bagian dari proses pembelajaran bahasa di kelas. Dengan cara pandang seperti itu, upaya guru dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar bahasa sekaligus dapat difungsikan untuk memantapkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran Bahasa Indonesia yang dipelajarinya.
Menandai adanya kesulitan belajar Bahasa Indonesia yang dialami siswa dalam kelas dapat anda lakukan dengan mudah. Caranya dengan meneliti nilai ulangan Bahasa Indonesia tiap siswa dalam satu kelas. Bandingkan nilai yang dicapai oleh setiap siswa dengan nilai rata-rata kelas, analisislah pekerjaan ulangannya untuk mencari jenis kesalahan yang dilakukannya. Cara lain dengan mengobservasi proses pembelajaran di kelas. Adakah siswa yang menampakkan penyimpangan tingkah laku, misalya dalam menyimak, berbicara, membaca, atau menulis? Jika ada berarti siswa mengalami kesulitan belajar itu menampakkan tingkah laku sebagai berikut; hasil belajarnya rendah, hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukannya, lambat dalam melaksanakan tugas-tugas belajar. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang kesulitan yang dialami siswa itu, guru perlu mewawancarainya. Selain cara mendeteksi ada tidaknya siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam kelas, adapun perlu memahami faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar bahasa.
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar bahasa bersumber dari dalam (internal) dan dari luar dirinya (eksternal).


2.1.2      Faktor Penyebab yang Bersifat Internal
1.     Motivasi
Kekurang pahaman terhadap manfaat berbahasa dengan baik dan benar akan mengurangi minat siswa belajar bahasa. Akibatnya ia memandang remeh dan kurang berminat untuk belajar. Sikap ”kurang menghargai” ini menyebabkan motivasi belajar Bahasa Indonesia rendah pada diri siswa.
2.     Kemampuan Dasar Intelektual
Kemampuan dasar intelektual yang rendah dapat menyebabkan siswa gagal dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia.
3.     Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar yang salah atau kurang memadai, misalnya tidak menggunakan fasilitas belajar yang tersedia, belajar hanya pada waktu akan ada ulangan saja memungkinkan prestasi belajar yang dicapai siswa rendah.
4.     Kemampuan dan Ketrampilan Dasar
Kemampuan dasar memahami dari ketrampilan menggunakan bahasa kurang dikuasai siswa, misalnya menyimak dan membaca serta berbicara dan menulis, ikut menentukan keberhasilan siswa dalam belajar Bahasa Indonesia
5.     Bahasa Ibu
Untuk sebagian besar siswa MI, Bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua. Dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan keluarganya, siswa menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah) sebagai alat untuk berkomunikasi. Pola pola kalimat dan kosa kata dari bahasa ibu sedikit banyak akan mempunyai pengaruh yang kurang menguntungkan bagi siswa dalam belajar Bahasa Indonesia
6.     Perbendaharaan Pengalaman (skemata)
Sedikit banyaknya perbendaharaan pengalaman atau skemata dalam berbahasa Indonesia dapat mempengaruhi kelancaran siswa belajar Bahasa Indonesia.
Siswa yang mempunyai kegemaran membaca cerita atau dongeng yang ditulis dalam Bahasa Indonesia, senang menulis puisi atau mencatat kejadian kejadian penting yang dialaminya dalam buku harian, akan lebih mudah belajar Bahasa Indonesia di sekolah daripada siswa yang tidak memiliki kegemaran seperti itu.
2.1.3      Faktor Penyebab yang Bersifat Eksternal      
Faktor sarana penunjang sangat menentukan bagi keberhasilan siswa dalam belajar Bahasa Indonesia. Oleh banyak pendidikan dan pemerhati pendidikan di MI faktor ini dianggap paling dominan. Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa pengajaran Bahasa Indonesia di MI terjadi akibat sangat minimnya sarana penunjang di perpustakaan sekolah, atau perpustakaan sekolah yang sudah ada belum difungsikan secara optimal. Disamping itu, metode pembelajaran yang ditetapkan guru kurang menantang sisw untuk belajar dengan sungguh-sungguh atau pemilihan bahan pengajaran yang kurang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga siswa merasa bosan atau frustasi.
2.2  Jenis-jenis Kesulitan Belajar Bahasa  
Bahasa hidup dalam masyarakat. Oleh masyarakat bahasa digunakan sebagai alat untuk saling ”mengirimkan” pesan. Dengan perkataan lain, bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi, alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tulisan.
Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar Tahun 1994 pengertian bahasa bukan pengertian linguistik melainkan pengertian secara sosial (Depdikbud, 1994/1995). Secara social bahasa diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk bermacam-macam fungsi sesuai dengan keinginan si penutur, misalnya untuk menyatakan informasi factual (mengidentifikasi, melaporkan, menanyakan, mengoreksi), menyatakan sifat intelektual (menyatakan setuju atau tidak setuju, menyanggah), menyatakan sifat emosional (senang, tidak senang, harapan, kepuasan) menyatakan sikap moral (minta maaf, menyatakan penyesalan, penghargaan) menyatakan perintah (mengajak, mengundang, memperingatkan, bersosialisasi (menyapa, memperkenalkan diri, mengucapkan selamat, minta perhatian).
Berdasarkan pengertian ini dapatlah dipahami bahwa pada hakekatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.
Dengan demikian pelajaran Bahasa Indonesia di MI harus diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia secara lisan dan tertulis. Oleh karena itu, bahan pelajaran Bahasa Indonesia yang tercantum dalam kurikulum dimaksudkan untuk digunakan bagi pengembangan kemampuan dasar pengguna bahasa (berbicara dan menulis) serta pemahaman (menyimak dan membaca).
Berdasarkan paparan di atas jelaslah, kesulitan belajar bahasa yang mungkin dialami oleh siswa kelas 3 – 6 SD berkaitan dengan kesulitan belajar menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Mungkin juga siswa mengalami kesulitan belajar kebahasaan atau struktur. Kesulitan pokok yang dialami siswa dalam belajar struktur itu berkaitan dengan penggunaan kalimat efektif.
Artinya kalimat yang disusun siswa tidak gramatika atau tidak jelas maksudnya, tampak dalam karangannya. Disamping itu penggunaan ejaan dan pungtuasi juga merupakan hal yang kurang dikuasai siswa dalam mengarang.
Berdasarkan uraian diatas, kesulitan belajar bahasa dapat dirinci menjadi kesulitan belajar ketrampilan berbahasa dan kesulitan belajar atau struktur.
2.2.1      Kesulitan Belajar Ketrampilan Berbahasa
Seperti anda ketahui, ketrampilan berbahasa terdiri dari menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dari segi komunikasi, ketrampilan menyimak dan berbicara termasuk bentuk komunikasi lisan. Sedangkan ketrampilan membaca dan menulis adalah bentuk komunikasi tertulis.
1.     Kesulitan Belajar Menyimak
Menyimak sering dipandang sebagai hal yang kurang penting sehingga pembelajarannya di sekolah kurang mendapat perhatian guru. Umum berpendapat bahwa semua orang tidak tuna rungu pasti mampu menyimak dengan baik. Tetapi kenyataannya tidak demikian, bukan? Sebagai guru pasti anda sering mempunyai siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang sudah anda jelaskan, padahal anda sudah menjelaskannya dengan sebaik mungkin. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa anda itu mengalami kesulitan menyimak.
Kesulitan pokok yang dialami siswa dalam menyimak terjadi ketika ia menghubungkan berbagai ide dari wacana lisan yang didengarkannya untuk membangun pemahaman terhadap apa yang dimaksud itu. Siswa sering mengalami kesulitan untuk menangkap pikiran pokok yang terkandung dalam wacana lisa. Jadi kesulitan menyimak yang dialami siswa berhubungan dengan kemampuan berpikir, khususnya dalam menarik kesimpulan dari wacana lisan yang disimaknya. Salah satu unsure paling penting adalah mengingat. Mengingat diartikan menyimpan pemahaman dalam ingatan. Harus dibedakan antara mengingat tanpa retensi jangka panjang. Pada mengingat tanpa retensi, pemahaman tidak perlu disimpan dulu dalam ingatan jika menyimak telah dapat mengikuti pesan ujaran yang disimak, misalnya dalam melaksanakan perintah. Pada mengingat dengan retensi jangka pendek, penyimak telah mampu memahami dan menyimpan pesan ujaran yang segera diikuti dengan reproduksi pesan itu. Bantuan yang diberikan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa dalam hal mengingat seperti itu berupa latihan menjawab pertanyaan-pertanyaan. Caranya guru menulis lebih dulu semua jawaban pertanyaan dipapan tulis. Sesudah itu, ajukan satu pertanyaan secara lisan. Siswa memilih jawaban yang tertulis dipapan tulis. Pertanyaan berikutnya diucapkan guru, siswa memilih jawaban di papan tulis, dan begitu selanjutnya.
Kesulitan dalam mengingat dengan retensi jangka panjang terjadi karena siswa belum mampu mengingat, mencamkan, menyimpan dan memproduksi pesan-pesan yang ada dalam wacana lisan yang disimaknya. Untuk mengatasi hal itu, siswa diminta mendiskusikan dengan teman-temannya isi wacana lisan yang telah dibacakan atau diperdengarkan kira-kira sepuluh menit.
2.     Kesulitan Belajar Berbicara
Kesulitan siswa dalam belajar berbicara berkaitan dengan penggunaan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta berhubungan dengan faktor yang bersifat kejiwaan. Kemampuan siswa berbicara Bahasa Indonesia masih jauh dari harapan guru. Kesulitan dalam itu umumnya terjadi pemilihan kata (diksi), penggunaan struktur kalimat dan penyampaian pikiran secara runtut. Kesulitan yang bersifat psikologis timbul karena siswa mengalami hambatan berbicara, ia mengalami “demam panggung”. Untuk mengatasi hal itu siswa hendaknya diberi kesempatan sebanyak mungkin untuk berbicara dalam situasi formal sehingga dalam situasi seperti itu ia termotif untuk menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
3.     Kesulitan Belajar Membaca
Pelajaran membaca di kelas 3–6 MI terdiri dari membaca bersuara atau membaca teknis dan membaca dalam hati atau membaca pemahaman. Membaca bersuara masih sangat sering diberikan di kelas 3. Sebaliknya dikelas 4, 5, dan 6 membaca dalam hati merupakan inti pelajaran membaca.
Ø  Membaca Bersuara
Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca tampak pada hal-hal berikut :
a.     Membaca kata demi kata.
Kalimat dibaca demi kata. Artinya siswa behenti setelah membaca sebuah kata dan tidak segera diikuti dengan membaca kata berikutnya.
Hal itu disebabkan oleh kegagalan menguasai ketrampilan memecahkan kode (decoding), memahami makna kata atau oleh kekurang lancarnya dalam membaca. Untuk mengatasi kesulitan seperti itu, cara-cara berikut dapat kita gunakan.
b.     Pilih wacana yang tingkat keterbacaannya setingkat lebih rendah dari tingkat keterbacaan wacana yang umum digunakan kelas.
c.     Suruh siswa menulis kalimat, kemudian minta ia membaca kalimat itu dengan keras.
d.     Jika kesulitan disebabkan oleh kurangnya penguasaan kosa kata, perkayalah kosa kata siswa.
e.     Jika siswa tidak menyadari bahwa membaca kata demi kata, rekamlah kegiatan siswa membaca kemudian perdengarkan kembali hasilnya.
Ø  Pemfrasean Yang Salah
Dalam membaca, siswa mengenal kalimat (berhenti) pada yang tidak tepat, tidak memperhatikan pungtuasi. Bila hal itu tidak segera diatasi, siswa akan mengalami banyak hambatan dalam proses membaca dan sesungguhnya, yaitu membaca dalam hati. Gunakan cara berikut untuk mengatasi kesulitan seperti itu.
a.     Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan siswa akan makna kelompok kata (frase), sajikan kalimat-kalimat yang telah diberi tanda penggalan untuk dibaca siswa sebagai bahan latihan membaca.
Contoh :
Ayah / sedang membaca Koran / di ruang depan.
Pada saat itu / suasana di rumah / sepi.
Ibu / tampak / sedang asyik / menjahit baju.
b.     Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan siswa akan tanda baca, perkenalkan fungsi tanda baca dan cara membacanya.
c.     Berikan sebuah paragraf tanpa tanda baca dan surulah siswa membacanya.
Ø  Penghilangan
Siswa suka menghilangkan kata atau frase dari teks yang dibacanya. Maksudnya ada kata atau frase yang sengaja tidak dibaca atau dilewati begitu saja. Hal itu disebabkan oleh ketidakmampuan siswa mengeja huruf-huruf yang membentuk kata atau frase. Untuk mengatasinya, beberapa cara berikut dapat anda tempuh.
a.     Lakukan koreksi tidak langsung, misalnya suruh membaca ulang, ketika siswa melakukan penghilangan dalam membaca bersuara.
b.     Kenali kata yang biasa dihilangkan
c.     Berikan latihan membaca kata frase yang sering dihilangkan itu.
Ø  Pengulangan
Mengulang baca kata atau frase disebabkan oleh faktor tidak mengenal kata, kurang mampu mengeja huruf atau ketrampilan membaca rendah. Untuk mengatasinya, lakukan cara-cara sebagai berikut :
a.     Siswa perlu didasarkan bahwa mengulang kata pada waktu membaca merupakan kebiasaan yang tidak menguntungkan.
b.     Kenali kata yang biasa diulang baca siswa
c.     Latihan membaca kata yang sering diulang baca itu.
Ø  Pembalikan
Siswa menggunakan orientasi dari kanan ke kiri dalam membaca, misalnya sapu dibaca upas. Pembalikan dapat pula terjadi dalam membaca huruf, misalnya huruf b dibaca d. Hal seperti itu acapkali dilakukan oleh siswa yang kidal. Disamping itu rendahnya penguasaan huruf yang menyebabkan munculnya itu.
a.     Siswa perlu disadarkan bahwa menggunakan orientasi dari kanan ke kiri pada waktu membaca latihan itu salah.
b.     Siapkan kata-kata yang memiliki kemiripan bentuk untuk latihan membaca misalnya pipi dan gigi babu dan dadi.
Ø  Penyisipan
Siswa menambahkan atau menyisipkan kata atau frase dalam kalimat yang sedang dibacanya, misalnya kalimat # ia belajar di rumah temannya kemarin #. Kebiasaan seperti itu jika tidak segera diatasi dapat menghambat kecepatan membacanya. Untuk mengatasi kesulitan seperti itu, suruhlah siswa membaca kalimat pelan-pelan. Ingatkan jika ia melakukan penyisipan.
Ø  Penggantian
Dalam membaca siswa mengganti kata tertentu dengan kata lain yang merupakan sinonimnya. Hal itu disebabkan oleh ketidakmampuan siswa membaca kata tertentu meskipun ia tahu maknanya. Misalnya karena tidak dapat membaca kata seyogyanya, siswa menggantinya dengan kata sebaiknya. Untuk mengatasi kesulitan, berikut dapat anda gunakan :
a.     Gunakan bahan membaca yang tergolong mudah.
b.     Tandai kata-kata yang sulit dibaca siswa.
c.     Latihan cara membaca kata-kata yang sulit dibaca.
Ø  Membaca Dalam Hati
Membaca dalam hati umumnya dilakukan orang untuk memahami isi wacana yang dibacanya. Hal-hal yang sekiranya dapat merupakan penghambat proses pemahaman dalam membaca perlu perhatian guru. Kebiasaan siswa menggerak gerakkan bibir, menggunakan jari telunjuk atau menggerakkan kepala dari kiri ke kanan sewaktu membaca dapat menghambat proses pemahaman terhadap isi wacana. Proses pemahaman juga terhambat bila siswa tidak mengenal makna beberapa kata yang terdapat dalam wacana yang dibacanya. Hal itu disebabkan oleh kurangnya penguasaan terhadap kosa kata dan unsur konteks (kalimat dan hubungan antar kalimar). Tidak mengenal ide pokok, ide penjelas dan hubungaan antar ide serta tidak mampu menarik kesimpulan juga merupakan wujud kesulitan belajar yang mungkin dialami siswa. Siswa merasa bingung untuk mengidentifikasi ide pokok dan ide penjelas dalam wacana. Ia tidak tahu mana yang menjadi sebab dan mana yang merupakan akibat. Ia tidak dapat menarik kesimpulan. Akibatnya, rangkuman yang buatnya tidak menggambarkan isi wacana yang dibacanya. Cara-cara berikut dapat digunakan untuk membantu sisw yang mengalami kesulitan semacam itu :
1.     Untuk membantu siswa yang mempunyai kebiasaan berkomat kamit, menggunakan telunjuk untuk mengikuti baris-baris kalimat dalam wacana, dan menggerakkan kepala dari kiri ke kanan pada waktu membaca dalam hati, tempuhlah cara sebagai berikut :
-       Suruh siswa menggumankan satu kalimat yang dibacanya. Selanjutnya mintalah ia membaca kalimat itu kembali tanpa mengguman.
-       Jelaskan bahwa kebiasaan berkomat kamit dalam membaca pemahaman itu akan menghambat proses pemahaman terhadap isi wacana.
-       Siswa juga dapat menggunakan jari telunjuk tangannya atau menggerak gerakan kepalanya dari kiri ke kanan pada waktu membaca harus teliti, jangan-jangan ia mengalami gangguan pada matanya. Bila memang mengalami gangguan pada matanya, sediakan baginya bacaan dengan huruf dengan benar dan jelas, latihan teknik membaca frase, dan beritahu bahwa kebiasaan yang sering ia lakukan itu akan merugikan diri sendiri.
2.     Agar siswa dapat menangkap pesan wacana yang dibacanya dengan lancar, jelaskan arti kata-kata sukar sebelum siswa mulai membaca. Kata-kata yang sulit dilafalkan dengan latihan membaca dengan metode SAS.
3.     Kesulitan dalam mengenali ide pokok dan ide penjelasan dalam paragraf, hubungan antar ide dan kesulitan dalam membuat kesimpulan dapat diatasi dengan cara berikut :
-       Jelaskan penanda kalimat yang mewadahi ide pokok dalam paragraf (pada awal atau akhir kalimat).
-       Petakan antar ide yang terdapat dalam suatu wacana dengan diagram, bagan atau gambar.
-       Jelaskan langkah-langkah menarik kesimpulan dengan penekanan pada penggunaan proses berpikir secara kritis dan kreatif.
4.     Kesulitan Belajar Menulis
Pada dasarnya, kesulitan yang dialami siswa dalam menulis berkaitan dengan penggunaan struktur dan pengembangan ide. Kalimat-kalimat yang disusun siswa tidak gramatikal sehingga sukar dipahami maksudnya. Hal ini diperburuk lagi kurangnya penguasaan terhadap ejaan dan pungtuasi. Dalam pengembangan ide, acapkali pola pikir yang digunakan siswa sangat kacau. Akibatnya karangannya sukar dipahami maksudnya. Cara yang baik untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar menulis dengan memberikan latihan menulis sesering mungkin.
2.2.2      Kesulitan Belajar Kebahasaan
Dalam kurikulum MI pengajaran atau struktur tidak dinyatakan secara ekslipsist. Pengajaran struktur terkait dengan pengajaran ketrampilan. Umumnya kesulitan yang dialami siswa berhubungan dengan penggunaan kalimat efektif. Kalimat yang digunakan siswa dalam kegiatan berbicara dan menulis sering tidak gramatikal. Dalam kegiatan menulis selain kurang mampu menggunakan kalimat efektif siswa juga mengalami kesulitan dalam menggunakan ejaan dan pungtuasi. Untuk mengatasi hal itu beri siswa latihan sesering mungkin membuat kalimat berdasarkan contoh yang diberikan guru. Dalam hal ini bimbingan diberikan secara terpadu dengan pembeajaran ketrampilan berbahasa.

2.3  Bimbingan Belajar Bahasa       
Belajar merupakan inti dari kegiatan sekolah. Hampir dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru dihadapkan pada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dalam hidup ini guru mempunyai kewajiban untuk membantu mengatasinya dengan cara memberikan bimbingan yang sesuai dengan kesulitan yang dialami oleh siswa yang bersangkutan. Bimbingan berupa bantuan belajar yang diberikan secara khusus sehingga siswa yang mengalami kesulitan tersebut terbantu untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Hal-hal yang perlu anda ketahui dengan topik-topik diatas akan dibahas dalam paparan sebagai berikut.
2.3.1      Fungsi Bimbingan Belajar
Beberapa fungsi bimbingan belajar Adalah sebagai berikut :
a.     Fungsi Korektif
Pelaksanaan program bimbingan belajar merupakan usaha memperbaiki kekurang tepatan yang sebelumnya dilakukan guru dalam pembelajaran di kelas, misalnya kekurangan dalam merumuskan tujuan dalam menggunakan metode pembelajaran, dalam memilih materi pelajaran, dalam menyusun perangkat evaluasi dan dalam mengelola pelajaran.
b.     Fungsi Penyesuaian
Bimbingan belajar mendorong siswa agar menyesuaikan diri dengan situasi belajar di kelas. Siswa dapat belajar sesuai dengan keadaan pribadinya sehingga ia memiliki peluang yang besar untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Tuntutan belajar yang dibebankan pada dirinya disesuaikan dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitan yang dialami sehingga ia terdorong untuk belajar.
c.     Fungsi Akselerasi
Siswa yang tergolong lambat belajar dapat ditingkatkan kecepatan belajarnya melalui program bimbingan belajar karena materi dan waktu yang disediakan telah disesuaikan dengan kesulitan yang dialaminya.
d.     Fungsi Terapeutik
Langsung atau tidak langsung pemberian bimbingan belajar dapat menyembuhkan atau memperbaiki kondisi kepribadian siswa yang menunjukkan adanya penyimpangan tingkah laku belajar. Penyembuhan terhadap kondisi kepribadian siswa seperti itu dapat menunjang pencapaian prestasi yang lebih baik.
Perlunya pemberian bimbingan atau bantuan belajar dapat dilihat dari beragai segi misalnya dari segi siswa, kenyataan menunjukkan bahwa masih ada saja siswa dalam satu kelas yang prestasi belajarnya berada jauh dibawah prestasi belajar rata-rata kelas. Dilihat dari segi guru, bahwa guru memiliki tanggung jawab atas keseluruhan proses pendidikan disekolahnya. Dengan kata lain guru bertanggungjawab atas tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkannya. Timbul pernyataan, apakah semua siswa dapat mencapai tujuan itu? Itulah sebabnya seorang guru berkewajiban membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar agar siswa tersebut dapat meningkatkan prestasi belajarnya dilihat dari segi pengertian proses belajar. Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Dengan adanya gejala kesulitan belajar berarti perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat dicapai.
2.4  Teknik Pemberian Bimbingan Belajar Bahasa
Bimbingan belajar dalam bentuk pelayanan khusus bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar bahasa dapat diberikan secara individu atau kelompok sesuai dengan kesulitan dan jumlah siswa yang mengalaminya.       
2.4.1      Pelayanan Individual
Layanan individual diberikan kepada beberapa orang siswa yang mengalami kesulitan yang berbeda-beda.
Pemberian bantuannya dengan menggunakan teknik latihan langsung dan penugasan.
a.     Latihan Langsung
Dalam proses pembelajaran, guru memberi latihan langsung kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Misalnya seorang siswa yang mengalami kesulitan membaca dibantu dengan latihan membaca.
Wawancara yang digunakan adalah wawancara yang tingkat kesukarannya setingkat lebih rendah dari wacana yang digunakan oleh kelas.
Dengan bantuan langsung seperti itu, guru dapat dengan segera mengoreksi kesalahan siswa sehingga kemajuan belajarnya mudah dipantau.
b.     Penugasan
Sesuai dengan kesulitan yang dialami, siswa dapat diberi tugas tertentu. Tugas itu dapat dikerjakan dalam jam atau di luar jam pelajaran. Guru tidak perlu mengamati bagaimana siswa mengerjakan tugas itu. Yang penting guru dengan siswa mendiskusikan hasil pengerjaan tugas itu sehingga siswa yang bersangkutan dapat memahami kesalahan dan menemukan sendiri kebaikannya.
2.4.2      Layanan Kelompok Kecil         
Beberapa orang siswa yang mengalami kesulitan belajar yang sama dapat diberi bantuan dalam kelompok (3 – 5 orang) pemberian bantuannya dengan teknik latihan kelompok, belajar kelompok, dan penugasan kelompok.
a.     Latihan Kelompok
Latihan kelompok dapat dipimpin langsung oleh guru atau oleh tutor sebaya. Materi latihan disesuaikan dengan kesulitan yang paling mendasar yang dialami oleh siswa. Untuk latihannya dapat bermacam-macam, misalnya menjawab pertanyaan atau menceritakan kembali isi wacana yang telah dibaca secara bergiliran, melafalkan kata-kata tertentu dari wacana untuk membaca bersuara, dan sebagainnya. Tingkat kebermaknaan latihan kelompok bagi siswa yang jauh lebih tinggi dari pada latihan individual.
Dalam latihan individual, proses interaksi hanya terjadi antara siswa dengan guru atau tutornya. Sedangkan dalam latihan kelompok, interaksi dapat terjadi juga antara sesama siswa.
b.     Belajar Kelompok
Dalam belajar kelompok, peranan guru bukan sebagai pengajar yang mengajarkan suatu materi pelajaran melainkan sebagai motivator yang membimbing sekelompok siswa aktif belajar. Bila ada kesulitan yang tidak terpecahkan oleh siswa aktif belajar. Barulah guru memberikan bantuan. Dalam belajar kelompok diharapkan dapat terjadi diskusi terjadi. Sesama siswa boleh saling membantu memecahkan persoalan, bukan memberikan hasil akhirnya. Selama proses belajar kelompok, guru hendaknya berusaha agar suasana kelompok yang hangat dan akrab terjadi sehingga semua anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam diskusi.
c.     Penugasan Kelompok
Kelompok besar dapat terdiri atas sepuluh orang siswa atau lebih. Dalam kelompok besar guru tidak langsung membantu pelajaran melainkan lebih banyak memberikan bantuan umum yang menunjang pelajaran. Bantuan yang diberikan berupa cara-cara belajar (menyimak, berbicara, membaca atau sebagaimana), cara mencari data untuk menyusun laporan dan sebagainya.

2.5  Strategi Bimbingan Belajar Bahasa
Beberapa strategi yang dapat anda gunakan dalam melaksanakan program bimbingan belajar adalah sebagai berikut :
2.5.1      Tanya Jawab      
Tanya jawab dapat dilakukan secara individual atau kelompok. Dalam pelaksanaan pemberian bimbingan belajar dengan tanya jawab, guru dimungkinkan untuk membimbing hubungan yang lebih akrab dengan siswa sehingga motivasi belajar siswa itu meningkat. Karena adanya peningkatan motivasi belajar, sedikit demi sedikit rasa percaya diri siswa tumbuh.
2.5.2      Diskusi
Diskusi digunakan dengan memanfaatkan interaksi antar individu dalam kelompok untuk mengatasi kesulitan dalam belajar yang dialami oleh siswa.
Dengan berdiskusi setiap individu siswa dalam kelompok dapat mengenali diri sendiri dan kesulitan yang dihadapi sehingga mereka mampu menemukan jalan untuk mengatasinya, dapat saling mempercayai, dapat mengembangkan kerja sama antara pribadi, dapat menumbuhkan rasa percaya diri, dan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab.
2.5.3      Penugasan
Pemberian tugas tertentu secara individu atau kelompok sangat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajarnya. Selain itu siswa terbantu untuk lebih memahami, dirinya dan untuk memperbaiki cara belajar yang salah yang pernah dilakukan.
2.5.4      Kerja kelompok
Dengan kerja kelompok diharapkan interaksi antar anggota kelompok mampu memperbaiki diri siswa yang mengalami kesulitan belajar sebab adanya pengaruh dari anggota kelompok yang cakap dan berpengalaman. Kegiatan kelompok seperti ini dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar secara optimal.
2.5.5      Tutor Sebaya
Yang bertugas sebagai tutor adalah siswa yang ditnjuk guru berdasarkan criteria tertentu, antara lain berprestasi lebih baik, hubungan sosialnya lebih baik, disegani teman-teman sekelasnya. Tugas tutor membantu teman sekelasnya yang mengalami kesulitan belajar. Keunggulan yang terbaik adalah bahwa strategi ini merupakan strategi pembelajaran yang fleksibel sehingga guru dengan leluasa melayani siswa yang memerlukan bantuan khusus (Palardy, 1983).

2.6  Langkah-langkah Dalam Penyusunan Program Bimbingan Belajar Bahasa
Guru berkewajiban untuk memberikan bimbingan dan layanan khusus kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar supaya siswa tersebut mampu mengatasi kesulitannya sendiri dengan baik. Agar guru dapat memberikan layanan dengan baik, ada beberapa langkah yang harus ditempuh, yaitu mengidentifikasi jenis kesulitan, mencari faktor penyebabnya, dan memilih teknik dan strategi pelaksanaannya.
Contoh :
Riwali, guru kelas V MI, menugasi siswa menyusun sebuah paragraph. Kalimat topik yang ditulis di papan tulis yang harus dikembangkan menjadi paragraf adalah ”Kebersihan Sekolah Perlu Dijaga”. Amir memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan tugas itu.
Berikut ini paragraf susunan Amir.
-       Kebersihan sekolah perlu dijaga. Ibu dan ayah
-       Memerintah menyapu halaman. Dan adik membantu,
-       Disekolah saya menyapu kelas. Kelasnya saya
-       Yang bersih. Supaya pak guru gembira.
Menurut pengamatan anda, sudah baikkah paragraf yang ditulis Amir itu? Pasti anda menjawab ”Belum”. Memang paragraf itu belum baik. Kalimat-kalimatnya kacau, tidak gramatikal, salah dalam penggunaan ejaan dan tanda baca.
Kesulitan apa yang dialami Amir dan apa pula faktor penyebabnya? Mari kita bahas persoalan itu.
2.6.1      Faktor Internal
a.     Pengaruh Bahasa Itu
Dirumah Amir menggunakan bahasa Jawa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Pengaruh struktural bahasa Jawa tampak pada kalimat ”Kelasnya saya sapu yang bersih”, penggunaan ketika-nya pada kelasnya, dan penggunaan kata memerintah. Hal itu menyebabkan kalimat-kalimat yang ditulisnya tidak efektif dan gramatikal.
b.     Mungkin kondisi Amir pada waktu mengerjakan tugas itu kurang baik akibatnya semalaman kurang tidur karena membantu ibunya bekerja di dapur atau karena habis mengikuti peajaran olah raga.
c.     Faktor perbendaharaan pengalaman mungkin menjadi penyebab Amir mengalami kesulitan menulis. Mungkin ide pokok yang terkandung dalam kalimat topik yang harus dikembangkan menjadi paragraf belum dikuasai Amir.
2.6.2      Faktor Eksternal
a.     Materi pelajaran yang diberikan guru terlalu mudah, materi yang terlalu sulit menyebabkan siswa menjadi prustasi akibatnya, ia mengalami kesulitan dalam pelajaran. Sebaliknya materi yang terlalu mudah membuat siswa tidak tertantang untuk mengikuti pelajaran. Ia menjadi bosan. Akibatnya, tugas yang diberikan guru dikerjakannya dan asal-asalah saja. Pada kasus Amir mungkin materi yang diberikan guru itu terlampau sulit bagi Amir, karena ia belum menguasai kalimat topik dan kalimat penjelas.
b.     Mungkin kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru kurang efektif. Misalnya guru sering memberi tugas mengarang, siswa menulis paragraf, guru mengumpulkan hasilnya. Guru tidak pernah membahas hasil tulisan siswa di kelas dan tidak mengetahui baik buruknya karangan yang mereka susun. Akibatnya siswa tidak mempunyai motivasi untuk mengarang.

Dari contoh yang dikemukakan, anda dapat dengan mudah menyusun rencana dan pelaksanaan program bimbingan beajar bagi siswa yang memerlukan layanan khusus.
Dalam menyusun rancangan, setelah diketahui jenis dan faktor penyebab kesulitan yang dialami siswa tertentu, barulah guru dapat menentukan teknik dan strategi pemberian layanan.

0 komentar:

Post a Comment