SMP NEGERI 2 SUSUT

“Upaya Meningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia

Written By Bangli Era Baru on Friday, October 25, 2019 | 6:44 AM


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan /atau latihan bagi pernannya di masa yang akan datang. Pendidikan mempunyai posisi strategis dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia . Posisi yang strategis tersebut dapat tercapai apabila pendidikan yang dilaksanakan mempunyai kualitas.
Suatu pendidikan dikatakan berkualitas proses apabila proses belajar mengajar (PBM) dapat berlangsung secara efektif dan peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna. Pendidikan disebut berkualitas produk apabila peserta didik menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar sesuai dengan sasaran dan tujuan pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada hasil belajar yang dinyatakan dalam proses akademik .Guru mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam pengajaran, karena guru merupakan penentu kualitas pengajaran. Oleh karena itu guru harus selalu meningatkan peranan dan kompetensinya dalam mengelola komponen – komponen  pengajaran. Guru yang memiliki kompetensi tinggi akan mampu mendorong peserta didik meraih prestasi yang optimal. Oleh karena itu pembelajaran harus berorientasi pada peserta didik, karena peserta didik merupakan komponen pokok dan subjek didik. Sedang guru berfungsi sebagai pendorong, pembimbing, pengarah, pembina pertumbuhan dan perkembangan peserta didik .

Bahasa Indonesia erat kaitannya dengan guru bahasa Indonesia, yakni orang-orang yang tugasnya setiap hari membina pelajaran bahasa Indonesia. Dia adalah orang yang merasa bertanggung jawab akan perkembangan bahasa Indonesia. Dia juga yang akan selalu dituding oleh masyarakat bila hasil pengajaran bahasa Indonesia di sekolah tidak memuaskan. Berhasil atau tidaknya pengajaran bahasa Indonesia memang diantaranya ditentukan oleh faktor guru, disamping faktor-faktor lainya, seperti faktor murid, metode pembelajaran, kurikulum (termasuk silabus), bahan pengajaran dan buku, serta yang tidak kalah pentingnya ialah perpustakaan sekolah dengan disertai pengelolaan yang memadai.
Sekarang ini pengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah, dari Taman Kanak-kanak sampai SLTA, bahkan sampai perguruan tinggi. Menurut Mulyono Sumardi, ketua Himpunan Pembina Bahasa Indonesia menyatakan bahwa, “Dalam dunia Pendidikan, keterampilan berbahasa Indonesia perlu mendapatkan tekanan yang lebih banyak lagi, mengingat kemampuan berbahasa Indonesia di kalangan pelajar ini juga disebabkan oleh kualitas guru, dari pihak lain munculnya anggapan bahwa setiap orang Indonesia pasti bisa berbahasa Indonesia.
Sebenarnya hal paling mendasar yang menyebabkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa, rendah terletak pada keterampilan baca dan tulis yang dirasa masih kurang cukup. Padahal ketrampilan memahami bacaan merupakan modal utama bagi siswa dalam mengikuti pelajaran. Dengan bekal kemampuan memahami isi bacaan siswa dapat memahami semua jenis ilmu dan dapat mengkomunikasikan gagasannya; dan dapat mengekspresikan dirinya. Kegagalan dalam penguasaan keterampilan ini akan mengakibatkan masalah yang fatal, baik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, maupun untuk menjalani kehidupan sosial kemasyarakatan.
Sudah bukan rahasia lagi dan seolah-olah sudah menajadi asumsi umum bahwa hasil pengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah dari sekolah dasar sampai SLTA kurang memuaskan. Untuk itu harus ada langkah konkrit untuk mengatasi persoalan tersebut. Di awali dari lembaga sekolah dasar, pembenahan metode pembelajaran bahasa Indonesia perlu dikaji ulang. Pelajaran membaca yang mula-mula hanya sekedar membunyikan huruf-huruf semata hendaknya mulai mengarah kepada memberi makna pada tulisan. Artinya dengan membaca anak juga berpikir tentang isi bacaan.
Oleh karena itu pengajaran membaca harus selalu bertolak dari konteks dan penggunaan bahasa yang dapat diterima siswa, dan bukan dengan memberikan kata-kata tanpa konteks dan pengertian.
Penggunaan berbagai metode mengajar merupakan salah satu syarat keberhasilan proses belajar. Khususnya di SMA Harapan Persada prestasi belajar yang diraih peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia  cenderung lebih rendah dari prestasi mata pelajaran lainnya. Menurut pengamatan siswa sangat sulit memahami isi dari bacaan sehingga siswa susah mengerti dari maksud yang disampaikan dalam suatu karangan. Hal ini terlihat dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari siswa-siswa masih kurang memahami dalam menentukan tema dari suatu karangan. Disamping itu keterlibatan siswa dalam pembelajaran pun sangat kurang. Oleh karena itu penulis mencoba melakukan perbaikan pembelajaran tentang “Upaya Meningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Pada Materi Berbicara Dengan Menerapakan  Metode Pemberian Tugas Dan Resitasi  Pada Siswa Kelas X-1 SMA Di samping untuk memperbaiki pembelajaran, pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini juga ditujukan untuk memenuhi  salah satu syarat kenaikan pangkat/ golongan melalui angka kredit.

B.      Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.     Apakah melalui penerapan metode pemberian tugas dan resitasi  dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia tentang materi berbicara?
2.     Apakah melalui penerapan metode pemberian tugas dan resitasi dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa sehingga hasil belajarnya pun meningkat?

C.     Tujuan Penelitian
a.   Tujuan Umum
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia melalui penerapan metode pemberian tugas dan resitasi pada siswa kelas X-1 semester ganjil di SMA Harapan Persada.
b.   Tujuan Khusus
Disamping tujuan umum di atas secara khusus Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada materi berbicara melalui penerapan metode pemberian tugas dan resitasi pada siswa kelas X-1 semester ganjil di SMA Harapan Persada.

D.     Manfaat Penelitian
a.   Bagi Siswa
Penelitian Tindakan Kelas ini bermanfaat bagi siswa guna untuk dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas sehingga hasil belajarnya pun meningkat.
b.   Bagi Guru
Penelitian Tindakan Kelas ini bermanfaat bagi guru untuk dijadikan acuan, sehingga pembelajaran yang dilakukan mengacu kepada hasil penelitian ini, dan juga dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya sehingga proses pembelajaran tidak menoton dan membosankan siswa.
c.   Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi sekoah sebagai masukan atau input sehingga pihak satuan pendidikan dapat mengharapkan kebijakan dalam rangka peningkatan dan penjaminan mutu disekolah.
d.   Bagi Penulis
 Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai salah satu pengembangan profesi penulis yang ditujukan untuk penetapan angka kredit dan untuk kenaikan pangkat ke jenjang yang lebih tinggi.







BAB  II
KAJIAN PUSTAKA

A.      Kajian Teoritis
1.   Pengertian Belajar
Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived). Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, tejadi dalam jangka waktu waktu tertentu.
Perubahan yang itu harus secara relative bersifat menetap (permanent) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak (immediate behavior) tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior). Hal lain yang perlu diperhatikan ialah bahwa perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman. Perubahan yang terjadi karena pengalaman ini membedakan dengan perubahan-perubahan lain yang disebabkan oleh kemasakan (kematangan). Hasibuan, (1988).
Menurut  Djamarah et.al (2002 : 11), belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap; bahkan meliputi segenap organism atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan.
Menurut Muhibbin Syah pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) adalah sebagai berikut.
Proses memperoleh arti-arti dan pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa (Muhibbin Syah, 1997 : 92).
Menurut pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah  suatu proses aktif yang disengaja sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku menuju ke arah yang lebih sempurna. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses belajar. Sedang perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar, dengan demikian belajar akan menyangkut proses belajar dan hasil belajar.

2.   Metode Tugas dan Resitasi
Metode tugas dan resitasi adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara guru memberi tugas tertentu kepada siswa dalam waktu yang telah ditentukan dan siswa mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya (Moh. Uzer Usman, 1993 : 125).
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002) menyatakan bahwa metode tugas dan resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
Tugas dan rersitasi merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok. Adapun langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan tugas dan resitasi adalah sebagai berikut.
a) Fase pemberian tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan hal- hal sebagai berikut.
1) Tujuan yang akan dicapai
Tujuan yang akan dicapai dalam pemberian tugas dan resitasi pada bidang studi sejarah yaitu untuk memacu siswa agar selalu siap belajar tetapi jangan sampai terjadi kebiasaan siswa baru akan melakukan belajar jika metode ini akan diterapkan dalam pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
2) Jenis tugas yang jelas dan tepat
Jenis tugas yang diberikan khususnya pada bidang studi sejarah harus jelas dan tepat, sehingga siswa mampu menyelesaikan tugas-tugas tersebut setelah guru memberikan materi pelajaran.
3) Tugas yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan siswa.
4) Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa seperti buku paket dari guru atau lembar kerja siswa (LKS).
5) Diharapkan siswa menyediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas khususnya sejarah.
b) Fase pelaksanaan tugas.
Langkah ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Diberi bimbingan berupa penjelasan materi pada pokok bahasan tertentu dalam bidang studi matematika atau diberi pengawasan dalam pelaksanaan tugas oleh guru.
2) Sebelum melaksanakan tugas seharusnya siswa diberikan dorongan sehingga siswa mau bekerja.
3) Diusahakan dikerjakan oleh siswa sendiri tidak menyuruh orang lain
4) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang telah dikerjakan dengan baik dan sistematik.
c) Fase mempertanggungjawabkan tugas
Hal-hal yang harus dikerjakan dalam fase ini adalah:
1) Laporan siswa baik lisan maupun tulisan dari apa yang telah dikerjakan pada soal-soal sejarah yang diberikan oleh guru.
2) Ada tanya jawab atau diskusi kelas tentang soal-soal yang diberikan sehingga guru mengetahui apakah siswa mengerjakan tugas tersebut sendiri atau menyuruh orang lain.
3) Penilaian hasil pekerjaan siswa dengan tes maupun non tes atau cara  lainnya. (Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2002 : 98)
Agar metode ini dapat berhasil mencapai tujuan pengajaran sebaik-baiknya, maka ada beberapa faktor yang harus diingat, yaitu:
a. Materi pelajaran yang akan dilatihkan dengan metode ini harus bermakna.
b. Metode ini jangan sampai menimbulkan verbalisme (menyebutkan sesuatu yang benar tetapi tidak tahu artinya atau “membeo”).
c. Latihan atau tugas diberikan secara sistematis dan teratur.
d. Buatlah suasana kelas gembira atau santai.
e. Buatlah pertanyaan yang tidak saja menggali fakta (jawaban yang reproduktif) tetapi juga yang meminta penalaran atau logika dan pemikiran
Metode tugas dan resitasi mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.


Kelebihan metode tugas dan resitasi, yaitu:
1) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok.
2) Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru.
3) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
4) Siswa bersungguh-sungguh mempelajari materi pelajaran karena mereka akan ditanyai tentang materi tersebut.
5) Dengan pertanyaan-pertanyaan dari guru akan memperkuat asosiasi.
6) Dapat mengembangkan kreatifitas siswa.
7) Memperkuat kepercayaan diri akan kemampuan bila siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru.
8) Memupuk kesiapan pengetahuan yang dimiliki siswa.
Kekurangan tugas dan resitasi, yaitu:
1) Pekerjaan siswa sulit dikontrol (apakah benar ia yang mengerjakan tugas atau orang lain).
2) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi.
3) Tidak mudah memberikan tugas dengan perbedaan individu siswa.
4) Sering memberikan tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa.
5) Siswa hanya akan belajar jika ada perintah dari guru.
6) Ada suasana takut dari siswa bila akan menghadapi metode ini, khususnya bagi siswa yang tidak siap.
Langkah-langkah untuk mengatasi kelemahan pada metode tugas dan resitasi, yaitu:
1). Jika tugas dikerjakan dirumah, guru perlu memberitahukan kepada orang tua bahwa anaknya mempunyai tugas yang harus dikerjakan di rumah dengan cara menyertakan tanda tangan orang tua diatas jawaban tugas siswa tersebut.
2). Jika tugas dikerjakan di lingkungan sekolah (misal: perpustakaan, laboratorium) guru perlu mengawasi dan menilai pelaksanaan tugas tersebut, sehingga tugas dikerjakan dengan baik, dikerjakan oleh siswa sendiri.
3). Dalam memberikan tugas harus sesuai dengan tugas yang dikerjakan oleh perorangan (tugas individual) dengan tugas kelompok.
Kegiatan interaktif dan edukatif merupakan suatu kegiatan yang didalamnya terjadi komunikasi dua arah antara guru dan siswa yang diikat oleh suatu tujuan. Dengan banyaknya kegiatan edukatif disekolah dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi pelajaran, maka banyak menyita waktu siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Untuk mengatasi hal itu, guru memberikan tugas-tugas diluar jam pelajaran.
Tugas merupakan sesuatu yang harus wajib dikerjakan atau yang ditentukan untuk dilakukan (Tim penyusun KBBI, 1988 : 964). Kokurikuler merupakan kegiatan diluar jam pelajaran yang bertujuan agar siswa lebih mendalam atau lebih menghayati apa yang dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler. Dalam penelitian ini, tugas dan resitasi termasuk tugas kokurikuler. Jadi tugas kokurikuler merupakan merupakan sesuatu yang wajib dikerjakan diluar jam pelajaran yang bertujuan agar siswa lebih memperdalam atau lebih menghayati apa yang dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler.
Tugas kokurikuler diberikan secara teratur dan hasilnya ikut menentukan nilai pada setiap mata pelajaran. Tugas kokurikuler dapat meliputi:
1) Melakukan penelitian
2) Mempelajari dan merangkum buku
3) Membuat karangan
4) Mengerjakan tugas-tugas rumah.
Jenis tugas kokurikuler dapat dikembangkan sesuai dengan kemampuan guru, kebutuhan siswa serta sarana dan prasarana yang ada. Tugas kokurikuler yang diberikan memerlukan perencanaan mulai dari persiapan sampai penilaian.

3. Tujuan dan Prinsip-prinsip Pemberian Tugas
Agar pemberian tugas memberikan efek yang baik, maka guru dalam memberikan tugas perlu memperhatikan, mengarahkan dan membimbing siswa sehingga maksud dan tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Adapun maksud dan tujuan pemberian tugas antara lain:
1. Untuk memelihara dan memantapkan tingkah laku yang telah dipelajari.
2. Untuk melatih keterampilan, konsep, dan prinsip yang baru saja dikembangkan untuk memperoleh pengertian yang lebih dalam tentang konsep itu.
3. Untuk mengingatkan kembali dan memelihara topik-topik yang telah dipelajari sebelumnya.
Menurut Hartono Kasmadi (1991 : 138) pemberian tugas mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut.
1. Latihan dan keterampilan, serta untuk menambah kecepatan belajar dan keakuratan belajar.
2. Membaca, meresapkan, dan meringkas apa yang dipelajari.
3. Mendorong siswa untuk bertanggung jawab terhadap pelajaran.
4. Mengembangkan belajar mandiri.
Untuk mencapai maksud dan tujuan pemberian tugas, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Menunjang langsung kegiatan intrakurikuler dan kepentingan belajar siswa.
2. Tidak merupakan beban yang berlebihan bagi siswa.
3. Tidak menimbulkan tambahan beban pembiayaan yang berat bagi orang tua atau siswa.
4. Memerlukan administrasi, monitoring, dan penilaian.
Pemberian tugas hendaknya disertai pengadministrasian yang dapat digunakan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa, mencari dan menemukan sebab-sebabnya, menghimpun bahan dan menetapkan cara-cara memperbaikinya. Sedangkan pengadministrasian oleh siswa adalah pengadministrasian yang memungkinkan siswa mengerti perkembangan prestasinya, sehingga termotivasi untuk meningkatkan atau mempertahankannya.

4.  Hasil Belajar Bahasa Indonesia
a.   Pengertian Hasil Belajar
                  Di dalam istilah hasil belajar, terdapat dua unsur di dalamnya, yaitu unsur hasil dan unsur belajar. Hasil merupakan suatu hasil yang telah dicapai pebelajar dalam kegiatan belajarnya (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya), sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1995: 787). Dari pengertian ini, maka hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lajimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Belajar itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atau memaknai sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kita bicara tentang hasil belajar, maka hal itu merupakan hasil yang telah dicapai oleh si pebelajar.
                  Istilah hasil belajar mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan prestasi belajar. Sesungguhnya sangat sulit untuk membedakan pengertian prestasi belajar dengan hasil belajar. Ada yang berpendapat bahwa pengertian hasil belajar dianggap sama dengan pengertian prestasi belajar. Akan tetapi lebih dahulu sebaiknya kita simak pendapat yang mengatakan bahwa hasil belajar berbeda secara prinsipil dengan prestasi belajar. Hasil belajar menunjukkan kualitas jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu cawu, satu semester dan sebagainya. Sedangkan prestasi belajar menunjukkan kualitas yang lebih pendek, misalnya satu pokok bahasan, satu kali ulangan harian dan sebagainya.
Nawawi (1981: 100) mengemukakan pengertian hasil adalah sebagai berikut: Keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu.
                  Pendapat lain dikemukakan oleh Sadly (1977: 904), yang memberikan penjelasan tentang hasil belajar sebagai berikut, “Hasil yang dicapai oleh tenaga atau daya kerja seseorang dalam waktu tertentu”, sedangkan Marimba (1978: 143) mengatakan bahwa “hasil adalah kemampuan seseorang atau kelompok yang secara langsung dapat diukur”.
                  Menurut Nawawi (1981: 127), berdasarkan tujuannya, hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a.     Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecapakan di dalam melakukan atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di dalamnya keterampilan menggunakan alat.
b.     Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yang dikerjakan.
c.     Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.
b.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Sejak awal dikembangkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia, banyak dibahas mengenai bagaimana mencapai hasil belajar yang efektif. Para pakar dibidang pendidikan dan psikologi mencoba mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar, para pelaksana maupun pelaku kegiatan belajar dapat memberi intervensi positif untuk meningkatkan hasil belajar yang akan diperoleh.
Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a.     Faktor Internal
Foktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang mengakibatkan lekas mengantuk dan lelah.
Faktor psikologis, yaitu yang mendorong atau memotivasi belajar. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
-        Adanya keinginan untuk tahu
-        Agar mendapatkan simpati dari orang lain.
-        Untuk memperbaiki kegagalan
-        Untuk mendapatkan rasa aman.
b.     Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.
1.     Faktor yang berasal dari orang tua
Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagi cara mendidik orang tua terhadap anaknya. Dlam hal ini dapat dikaitkan suatu teori, apakah orang tua mendidik secara demokratis, pseudo demokratis, otoriter, atau cara laisses faire. Cara atau tipe mendidik yang dimikian masing-masing mempunyai kebaikannya dan ada pula kekurangannya.
Menurut hemat peneliti, tipe mendidik sesuai dengan kepemimpinan Pancasila lebih baik dibandingkan tipe-tipe diatas. Karena orang tua dalam mencampuri belajar anak, tidak akan masuk terlalu dalam.
Prinsip kepemimpinan Pancasila sangat manusiawi, karena orang tua akan bertindak ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Dalam kepemimpinan Pancasila ini berarti orang tua melakukan kebiasaan-kebiasaan yang positif kepada anak untuk dapat diteladani. Orang tua juga selalu memperhatikan anak selama belajar baik langsung maupun tidak langsung, dan memberikan arahan-arahan manakala akan melakukan tindakan yang kurang tertib dalam belajar.
Dalam kaitan dengan hal ini, Tim Penyusun Buku Sekolah Pendidikan Guru Jawa Timur (1989: 8) menyebutkan, “Di dalam pergaulan di lingkungan keluarga hendaknya berubah menjadi situasi pendidikan, yaitu bila orang tua memperhatikan anak, misalnya anak ditegur dan diberi pujian….” Pendek kata, motivasi, perhatian, dan kepedulian orang tua akan memberikan semangat untuk belajar bagi anak.
2.     Faktor yang berasal dari sekolah
Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran yang ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru, kemampuan mengajarnya. Terhadap mata pelajaran, karena kebanyakan anak memusatkan perhatianya kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan nilai yang diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan, kemampuan, dan kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari pengaruh atau campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk membimbing anak dalam belajar.
3.     Faktor yang berasal dari masyarakat
                 Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Pengaruh masyarakat bahkan sulit dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung perkembangan anak, masyarakat juga ikut mempengaruhi.
B.      Kerangka Berpikir
   Berdasarkan permasalahan yang ada dan beberapa teori yang disampaikan diatas mendasari kerangka berpikir peneliti sebagai berikut :
KONDISI AWAL
PBM belum meggunakan pembelajaran pemberian tugas dan resitasi

Banyak  siswa belum tuntas belajar


TINDAKAN
SIKLUS I
pembelajaran pemberian tugas dan resitasi

PBM meggunakan pembelajaran pemberian tugas dan resitasi

SIKLUS II
pembelajaran pemberian tugas dan resitasi yang lebih bervariasi
Diharapkan dengan menggunakan pembelajaran pemberian tugas dan resitasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa

   








C.      Hipotesis Tindakan
            Adapun yang menjadi hipotesis pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah ; ”Penerapan pembelajaran metode pemberian tugas dan resitasi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia materi berbicara pada siswa kelas X-1 , semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011 SMA Harapan Persada”.


0 komentar:

Post a Comment